Guru Bagaikan Lilin yang Menyala

Januari 2, 2010

Guru merupakan pekerjaan yang mulia, pengabdian yang tak kenal pamrih melahirkan manusia yang terdidik, kritis, kompeten, bermoral dan beretika. Banyak orang yang sukses berkat “polesan” guru. Guru dikatakan sukses apabila sukses  mengantarkan anak didiknya sukses di dunia maupun akhirat. Ibarat lilin yang terus menyala guru menerangi lingkungannya dengan cahaya pengabdian. Walaupun terbakar dan meleleh nyala lilin tetap menerangi, analogi yang tepat menggambarkan pengorbanan dan perjuangan guru untuk mendidik siswanya agar menjadi orang yang sukses kelak.

Lilin merupakan sebuh benda kecil yang mudah patah apabila terkena goresan atau pukulan. Namun,kilaunya sinar yang dipancarkan menerangi ketika kegelapan hadir disekitar kita. Itulah guru kita, guru bagaikan lilin yang menerangi kita dari kehidupan yang gelap menuju kehidupan yang lebih terang. Sinar yang terus mereka pancarkan kekal sampai mereka tua dan tak berdaya.

Guru yang menjadi motivator, pendorong semangat peserta didiknya. Guru yang rela hidup dakam kekurangan tetapi tetap mengabdi demi kemajuan anak didiknya.Guru yang selalu berinovasi untuk membuat siswa lebih tertarik dan giat belajar. Berikut kisah perjuangan dan pengorbanan guru yang patut diteladani dalam melaksanakan tugas guru yang mulia:

1. Tjandra Heru Awan

Kegigihan dan keuletan di balik kebersahajaan sangat melekat di setiap sikap dan prilaku Tjandra Heru Awan. Dengan bekal ketekunan dan kegigihan, guru fisika di SMAN 10 Malang ini meraih beragam prestasi di tingkat nasional. Berbagai prestasi itu diukir melalui perjalanan hidupnya yang panjang. Sikap bersahaja itu pun menjadi daya pikat tersendiri bagi para muridnya. Apresiasi para murid tidak datang dengan sendirinya, namun melalui perjuangan yang keras dan melelahkan. Itu mengingat, bidang studi fisika selama ini sering dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan.

Tjandra Heru selalu merasa penasaran pada kondisi semacam itu, sehingga dia ingin membuat para siswa belajar fisika dengan senang. Dia pun menemukan jawabannya, dengan membuat alat peraga sangat sederhana dan murah meriah. Makanya, tidak berlebihan bila banyak siswa yang mengenal Tjandra Heru berkat temuannya.

Mereka mengakui kepiawaian ayah dari empat anak dan dua cucu ini bila mengajarkan fisika. Saat mengajar, dia selalu menggunakan alat peraga yang lucu dan mudah dipahami. ”Pokoknya, pelajaran yang sulit bisa jadi gampang,” kata Dika. Pengakuan para siswa itu bukan isapan jempol belaka. Di antara alat peraga itu adalah tabung boyle, mesin uap sangat sederhana, kompas, AVO meter, tumbukan sederhana, paranglina (papan rangkaian listrik sederhana), elena (elektroskop sederhana), molimama (motor listrik matematik). Selain itu, dia juga membuat tabung berneulli, tabung apung tenggelam, cerio (cermin 2 in 1), prisma air, lensa air, tabung resonansi, lamp holder, magnet apung, dan lain-lain. Hebatnya, semua alat peraga buatan Tjandra ini tidak membutuhkan biaya yang mahal. Alat-alat itu terbuat dari barang-barang bekas seperti kertas, kaleng bekas roti, seng bekas, dan lain sebagainya.

Berkat kreativitas dan inovasi Tjandra, fungsi semua alat peraga yang sangat sederhana dan murah itu tidak kalah dengan alat peraga modern yang harganya pasti lebih mahal. ”Itu semua, sudah saya tekuni sejak 1976,” kata Tjandra ketika ditemui di SMAN 10 Malang. Menurut dia, membuat alat peraga dari barang bekas itu terilhami oleh banyaknya keluhan dari siswa yang belajar fisika. Mereka merasa sangat kesulitan bila mempelajari fisika. Keluhan serupa juga dia rasakan saat mengajar di SMAK Jember.

Lantas, dia hijrah ke Malang dengan niatan untuk melanjutkan studinya. Saat di Jember dia baru lulus diploma III, IKIP Malang, jurusan Matematika yang mengambil minor Fisika. Sesampainya di Malang, niat melanjutkan studi ke strata satu (S1) pun akhirnya hanya menjadi impian. Maklum, uang yang sudah disiapkan untuk biaya pendidikannya itu harus direlakan untuk biaya pengobatan anaknya, Renda Surenda Tjandra. Anak perempuannya ini terjangkit penyakit tifus. Ususnya bocor. Ada tujuh lubang di ususnya saat itu.

Tim medis yang menangani, terpaksa memutus sekitar 7 cm usus anaknya itu. Setelah dioperasi dan dipotong, ternyata bocor lagi. Dioperasi lagi, dan disambung lagi. Itu terjadi hingga lima kali. Akhirnya, dia frustrasi, karena tim medis yang menangani Renda juga sudah menilai secara medis tidak mungkin tertolong lagi. ”Sejak saat itu, saya hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Allah SWT. Saya berdoa kalau memang anak titipan ini Allah izinkan untuk saya asuh dengan baik, mohon diberi kesembuhan dan kesehatan. Waktu itu saya berdoa di masjid. Setelah itu, ternyata alhamdulillah, anak saya sembuh hingga sekarang,” ujar dia mengenang.

Meski anaknya sudah sembuh, dia tetap tidak bisa melanjutkan studinya. Bahkan, dia pun susah mencari kerja. Beberapa hari kemudian, suami Suciwati ini bertemu dengan teman kuliahnya, Muji Hartono seorang guru fisika di SMA Widya Dharma, Turen. Kala itu, dia diminta menggantikan mengajar fisika, karena Muji Hartono diangkat jadi dosen di IKIP Malang. Mulai saat itu, dia mengajar lagi. Namun, guru PNS yang kini berpangkat IIIB tersebut masih dalam kondisi yang serba kesusahan dan kesulitan. Akhirnya, dia bertemu Lukman Hakim (kini Dekan MIPA Universitas Negeri Malang) dan Ustad Mochtr Abdul Karim. Dua figur ini selalu memberikan semangat dan motivasi kepada Tjandra.

Tjandra pun mulai bangkit dan bersemangat lagi. Pada 1990 dia melamar menjadi guru PNS dalam usia 39 tahun. Tjandra diterima menjadi guru di SMPN 8 Kediri. Sejak saat itu, dia sering bolak-balik Malang-Kediri, karena keluarganya ada di Malang. Lantas, dia dipindah ke SMPN 17 Malang. Dia juga diminta temannya, Siswati membantu mengajar fisika di SMAN 10 Malang. Kehidupan Tjandra dan keluarganya mulai tertata dengan baik. Kreativitas dan sikap inovatifnya pun mulai tumbuh lagi sehingga dia sering mengikuti seminar, lomba, dan membuat alat peraga (http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1201923239)

2. Pak Eko

Pak Eko seorang guru Matematika di Purworejo yang dengan keterbatasannya dan tanpa gelar sarjana, tapi mampu menjadi guru tauladan yang mampu menggugah semangat belajar anak didiknya sehingga menjadikan pelajaran Matematika yang semula momok menjadi pelajaran favorit siswanya. Dimana nilai rata-rata siswa untuk pelajaran Matematika paling tinggi diantara mata pelajaran lain.

Pak Eko membawa masuk motornya ke dalam kelas hanya untuk mengajarkan pada siswanya tentang lingkaran. Atau alat-alat peraga lainnya yang ada di dalam kelas yang hanya dibuat dari kertas seadanya yang ada di sekelilingnya tapi mampu menjabarkan konsep matematika Pak Eko yang menarik bagi siswanya. Beliau juga tidak segan untuk memberikan hadiah-hadiah sederhana bagi siswa yang berhasil mengerjakan tugas yang diberikannya, yang semuanya berasal dari uang pribadi. (Pontianak Post, 2009)

3. Ibu Sri

Ibu Sri mengajarkan IPA di sebuah SD terpencil di Kabupaten Gunung Kidul. Walaupun lokasi yang jauh dan minimnya sarana dan prasarana tidak mematahkan niatnya untuk mengajar. Dia harus menempuh perjalanan 3 Km dengan kondisi geografis yang cukup terjal untuk sampai di SD tempatnya mengajar. Di sekolah dia harus membangkitkan motivasi anak didiknya yang belajar dalam keadaan perut kosong, karena hampir setiap hari mereka tidak sempat ”sarapan” karena tidak ada makanan di rumah.

Kesempatan untuk menikmati alat peraga IPA dari pemerintah yang ada 1 kali tiap 3 bulan (giliran alat peraga SD dalam satu gugus) membuat ibu Sri mengajak siswanya belajar langgsung ke alam terbuka (mengingatkan kita pada kisah ddalam Laskar Pelangi). (Pontianak Post, 2009)

Tentunya masih banyak kisah yang lain tentang pengabdian dan perjuangan seoarang guru dalam mengabdikan dirinya untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. Untuk menjadi pendidik dalam keterbatasan (”cahaya  lilin dalam kegelapan”) Arif Rahman seoarang pakar pendidikan menyatakan:

  1. Memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; bahwa tejeki sudah diatur oleh Allah SWT  kita berdoa dan berusaha serta yakin pada kuasanya
  2. Mau berkorban dan ikhlas menerima kondisi yang ada
  3. Adanya tanggung jawab
  4. Adanya tekad ”Aku Bisa” membuat pendidik tidak putus asa dalam menjalankan tugasnya
  5. Tidak mengeluh, membuat pendidik terus termotivasi mencerdaskan bangsa

(Pontianak Post, 2009)


MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

Januari 2, 2010

Pendahuluan

Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari struktur materi dan interaksinya untuk memahami sistem alam dan sistem buatan atau teknologi (Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007 : 1.27). Pikatan (1999) mengatakan seharusnya fisika tidak sulit dipelajari karena semua perilakunya dengan mudah dapat dipertemukan dengan peristiwa nyatanya. Keadaan di sekolah menunjukan siswa kesulitan mempelajari fisika, karena di dalam fisika menjelaskan fenomena-fenomena yang mikroskopik dan konsep-konsep yang abstrak. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Hasil studi International Educational Achievment (IEA) menunjukan kemampuan IPA peserta didik di SMP Indonesia menempati urutan ke-40 dari 42 negara yang diteliti (Rukmana dalam Zulhemi, 2006). Minat belajar fisika yang rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

Siswa kurang tertarik belajar fisika disebabkan guru tidak memanfaatkan media yang menarik bagi siswa pada saat proses pembelajaran (Siti, 2007). Pembelajaran merupakan usaha dari pendidik agar peserta didik dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari dengan cara mengajak peserta didik untuk berfikir (Darsono, 2000:24).

Kemajuan teknologi yang berkembang dengan cepat memberikan pengaruh di bidang pendidikan. Dunia pendidikan dituntut untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan informasi. Pemanfaatan kemajuan teknologi mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar (Aryono, 2006). Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Siti, 2007). Multimedia interaktif (MMI) merupakan model pembelajaran yang menarik berbasis teknologi. Model pembelajaran multimedia interaktif (MMI) diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar (Muhammad ; Setiawan dalam Samsudin, 2008).

Lee, Nicoll, dan Brooks (2005) dalam penelitiannya tentang ”Perbandingan Pembelajaran Berbasis Web secara Inkuiri dan Contoh Kerja dengan Menggunakan Physlets”, menemukan bahwa siswa merasa tertolong dengan penggunaan model pembelajaran (multimedia interaktif) MMI jenis Physlets, dalam hal memvisualisasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret. Model pembelajaran MMI jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran fisika di kelas yaitu menanamkan konsep fisika baik yang bersifat abstrak maupun konkret. Hendrawan dan Yudhoatmojo (2001) dalam penelitiannya tentang ”Efektivitas dari Lingkungan Pembelajaran Maya Berbasis Web (Jaringan)”, juga mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi (model pembelajaran MMI) dapat meningkatkan nilai para siswa (konsep), sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Eni Nuraeni (2006) dari penelitian yang dilakukannya menyimpulkan multimedia yang digunakan untuk media pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa dengan taraf  kepercayaan 95%. Kesimpulan yang sama diperoleh Kartini (2006) bahwa model pembelajaran interaktif berbasis komputer dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SMP.

II. MEDIA PEMBELAJARAN

Media berarti ‘tengah’, ‘perantara’, atau pengantar sedangkan dalam bahasa Arab media adalah perantara (             ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan merupakan media. Dalam proses belajar mengajar media sering diartikan sebagai alat-alat, grafis, photo grafis atau elektronik.  AECT (Assciation of Education and Comunication Technology, 1977) dalam  (Azhar Arsyad, 2006) memberi batasan tentang media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sedangkan yang dimaksud media pembelajaran adalah saluran yang menyampaikan pesan dari sumber pesan (guru) ke penerima pesan (siswa) sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. (Ida Murni, 2006). Tiga alasan guru menggunakan media visualisasi dalam berkomunikasi adalah : 1). Menarik perhatian siswa, unsur ini sangat penting dalam pembelajaran karena dengan adanya perhatian timbul motivasi untuk belajar. 2). Effisiensi, gambar visual dapat mengkomunikasikan pesan dengan cepat dan nyata, serta dapat mempercepat pemahaman pesan secara lebih komprehensi. 3). Effektif, penyajian melalui media/visual dapat membuat siswa lebih terkonsentri.

Jenis-jenis media yang digunakan hendaknya sesuai dengan materi yang akan diberikan. Media yang dirancang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu : 1). Media sederhana, 2). Media tiga dimensi, 3). Media Elktronik, meliputi : OHP, Video/Televisi, Film, Audio, Multi Media (Komputer, Power point), dan Internet.

Untuk memilih media pembelajaran yang tepat guru harus memahami bagaimana sasaran siswa dan sifat materi ajar.  Karena tidak ada satu media yang cocok untuk semua bidang materi ajar maka guru harus selalu belajar mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi yang dapat membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaran serta dapat menggunakan secara tepat, sehingga siswa tertantang belajar dengan berfikir kreatif. Dilihat dari segi perkembangan teknologi menurut Seels dan Glasgow dalam (Azhar Arsyad, 2006) media dikelompokkan menjadi, media tradisional dan media teknologi mutakhir. Media teknologi mutakhir meliputi : media berbasis telekomunikasi dan media berbasis mikroprosesor (Computer-assisted intrugtion, Permainan computer, Sistem tutor intelijen, Interaktif, Hypermedia, Compact).

Pemanfaatan komputer untuk media pendidikan  sering dinamakan pembelajaran dengan bantuan computer (CAI), atau Computer Assisted Learning (CAL). Yang dimaksud pembelajaran multi media elektronik berbasis teknologi adalah dengan menggunakan program Power Point. Media pembelajaran presentasi power point ini bukan satu-satunya tetapi divariasikan dengan media lain yang relevan dan menarik.

Program Microsoft Power Point merupakan program aplikasi untuk presentasi pembelajaran, sehingga membuat tampilan di layar proyektor silih berganti. Setiap tampilan disebut slide yang dapat dimasukkan gambar maupun suara. Langkah-langkah persiapan media ini dimulai dengan menjalankan program power point, membuat slide presentasi, memasukkan animasi yang sesuai dengan informasi yang ditampilkan, dapat ditambah dengan sound from clip organizer sehingga tampilan slide sangat menarik bagi siswa.

Oleh karena itu, Elangoan, 1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997, dalam soekartawi (2003), menyatakan bahwa internet pada dasarnya memberikan manfaat antara lain: 1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. 2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari; 3) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. 4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah. 5) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif; 7) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.

Penggunaan Komputer sebagai media pembelajaran memiliki format penyajian yang terdiri atas;  1) tutorial terprogram, yakni seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu diprogramkan, 2) tutorial intelijen, dalam tutorial ini ada dialog antara siswa dan komputer , 3) drill and practice, disini komputer digunakan sebagai alat untuk melatih siswa mengerjakan soal-soal latihan dari bank soal yang tersedia di situs internet yang dapat diakses menggunakan komputer dimana saja tidak mesti di ruang kelas, dan 4) simulasi, memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif dan perorangan (Arsyad Azhar, 2006).

Komputer juga merupakan alat yang dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang dikenal dengan metode computer asssisted learning (CAL). Metode ini digunakan untuk kegiatan belajar yang berstruktur, dimana komputer diprogramkan dengan permasalahan-permasalahan yang terstruktur sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan dalam kurikulum tiap-tiap mata pelajaran.

Siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut atau mencari jawaban dengan mempergunakan komputer dan seketika itu juga jawaban siswa akan diproses secara elektronik dan dalam beberapa detik siswa sudah dapat mengetahui jawaban atau umpan balik jawaban tersebut. Dalam hal ini metode CAL  dapat membuat siswa maju dalam penguasaan materi yang dipelajarinya sesuai dengan kecepatan dan kemampuan  masing-masing dalam memahami pelajaran yang dipelajarinya (Yamin Martinis, 2007).

Berdasarkan kegunaan komputer seperti yang telah diuraikan di atas, maka sudah sepantasnya komputer dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu pemercepatan proses pembelajaran fisika baik di kelas dalam bentuk program pembelajaran terstruktur maupun di luar kelas dalam bentuk program pembelajaran mandiri. Apabila hal ini yang ditempuh oleh guru, maka sebaiknya guru memanfaatkan Internet sebagai sumber belajar bagi siswa secara mandiri.

Saat ini keberadaan internet belum umum dan belum banyak dipilih oleh para guru untuk digunakan secara rutin dan maksimal bagi keperluan pembelajaran. Padahal ada banyak situs di Internet yang dapat digunakan bagi keperluan pembelajaran fisika baik sebagai media pembelajaran, sumber belajar maupun sebagai tutorial mandiri. Sebagai contoh ; invir.com, e-dukasi.net , /www.scribd.com, http://id.wordpress.com/tag/soal-soal/, dan lain-lain.


Coba Ngeblog

Januari 2, 2010

Saya tertarik dengan ajakan teman untuk membuat blog. Dengan adanya blog banyak manfaat yang diperoleh, antara lain saling tukar informasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah tak mengenal jarak dan waktu, membantu menyelesaikan tugas kuliah, bahkan bisa meraup rupiah lewat blog.

Ini tulisan pertama saya di blog, orang awam yang sedang berusaha tak ketinggalan jauh dari teman-teman. Semoga kelak ada yang membantu saya untuk mengembangkan blog ini menjadi lebih baik. Amin