Gagal merupakan proses dan perkembangan. Waktu bayi pada saat kita belajar berjalan, dimulai dengan tiarap, kemudian merangkak, perlahan-lahan berdiri dengan memegang meja, berjalan selangkah demi selangkah dan akhirnya mampu berjalan bahkan berlari. Ini sebuah proses, pada saat belajar berjalan tak terhitung berapa kali kita jatuh, terbentur meja atau kursi membuat tubuh kita lecet dan menjerit. Apakah kita menyerah? Tidak, jika kita menyerah tak mungkin kita bisa berdiri tegak, berjalan bahkan berlari.
Untuk mencapai kesuksesan diperlukan proses dan kerja keras. Mahatma Gandhi Perdana Menteri India pernah mengatakan ‘ Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha yang keras adalah kemenangan yang hakiki” Kerja keras akan menghasilkan sesuatu, walaupun kadang tak sesuai keinginan setidaknya kita telah melakukan sebuah proses kesenangan dan kepuasan pribadi.
Apakah sukses itu harus kaya atau cerdas?
Albert Einstein seorang ilmuwan fisika yang dianggap sebagai manusia tercerdas abad 20 menyampaikan pesan lewat kata bijaknya “ Kesuksesan ditentukan 99% kerja keras dan 1% kecerdasan”. Saya juga yakin, kekayaan tidak menjamin seseorang untuk sukses. Banyak tokoh atau figur yang sukses memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Pontianak Post edisi Minggu 24 Januari 2010 menceritakan kesuksesan atau keberhasilan tak hanya milik orang mampu. Eddy Suratman terlahir dari keluarga kurang mampu karena keseharian orang tuanya sebagai petani, kini menjadi guru besar di lingkungan Universitas Tanjungpura. Semasa kuliah predikat cum laude diperoleh Eddy Suratman dari S1 hingga S3. Prestasi yang dicapai tersebut memerlukan perjuangan dan pengorbanan, menjadi koki dan memberikan les privat dari rumah ke rumah dilakoninya untuk mempertahankan hidup dan melunasi biaya kuliah. Supriyanto, sosok figur sukses yang berlatar belakang ekonomi lemah kini menjadi CPNS di Sanggau untuk formasi guru matematika. Membantu ayahnya memulung dilakukan untuk memenuhi biaya sekolah.
Untuk mencapai kesuksesan tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan kesuksesan tersebut. Antara lain (1) kerja keras; (2) keinginan untuk maju; (3) motivasi yang besar; (4) konsisten dengan cita-cita (5) disiplin dan ulet
Kesuksesan juga butuh perencanaan Abraham Lincoln, Presiden ke-16 Amerika Serikat, berkata: “ jika saya punya waktu delapan jam untuk menebang pohon, maka saya akan habiskan enam jam untuk mengasah kampak saya”. Kerja keras tanpa perencanaan yang matang dan kurang pandai melihat peluang memungkinkan kesuksesan akan tertunda. Rencana yang matang tanpa tindakan nyata juga akan sia-sia. George Patton, Jenderal AS semasa Perang Dunia II mengatakan rencana yang baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh hari ini adalah lebih baik daripada rencana sempurna yang akan baru dilaksanakan besok. Kesuksesan diperoleh melalui rencana matang yang diterapkan dengan usaha yang gigih. Lingkungan dan motivasi dari orang terdekat juga menjadi pemicu bagi seseorang untuk mencapai kesuksesannya.
Keterbatasan tak menghalangi seseorang untuk sukses
Banyak tokoh-tokoh dunia yang memiliki kekurangan fisik menjadi terkenal lewat karya yang dihasilkan dengan perjuangan tak kenal lelah. Shakespeare walaupun lumpuh tak meghalanginya untuk berkarya mengarang sandiwara terbaik dunia, seperti Romeo dan Juliet. Beethoven menjadi tuli pada tahun 1817, keadaan ini tidak membuat Beethoven menyerah pada keadaan. Beethoven mampu menghasilkan karya-karya besar dalam musik dan menjadikannya salah satu komponis terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. John Milton yang buta juga berhasil menciptakan sajak teragung di Inggris Paradise Lost (surga yang hilang) dan pidato terkenal yang dibuat 23 November 1644 dalam karya “Areopagitica” tentang argumen buat kebebasan berbicara dan menentang sensor penerbitan selama perang saudara di Inggris.
Semua orang bisa sukses, latar belakang ekonomi yang lemah, keterbatasan fisik, intelegensi yang kurang bukan faktor penghalang untuk sukses. Penulis berpesan kepada orang yang telah sukses untuk “menularkan” kesuksesan kepada orang lain agar kesuksesan yang diperoleh tidak hanya menjadi kesuksesan pribadi tetapi menjadi kesuksesan yang menyeluruh untuk kemajuan bersama. Guru yang sukses mampu mendidik muridnya mejadi orang yang kompeten dan bertanggung jawab, pengusaha yang sukses merupakan pengusaha yang mampu menciptakan pengusaha-pengusaha baru yang sukses, penulis yang sukses mampu membuat orang lain senang menghasilkan karya tulis. Tanamkan dalam imajinasi wujudkan dengan tindakan untuk mencapai sukses. Kesuksesan bukan faktor genetik bukan juga warisan orang tua, sukses milik kita semua yang akan dicapai dengan kerja keras, penuh perjuangan dan pengorbanan.